Assassin’s Creed : Bloodlines bercerita tentang kelanjutan cerita Altair setelah kisah Assassin’s Creed pertama berakhir. Sebagai direct sequel, disini diceritakan bahwa Altair kini berkelana dari Holy Land ke Cyprus untuk menghabisi sisa-sisa Templar yang ada. Di cerita ini, Altair akan sering berurusan dengan Maria yang merupakan salah satu Templar wanita yang diampuni oleh Altair di cerita Assassin’s Creed pertama. Yah, sama cewek harus baik dong mas Altair, masa main bunuh aja. Jalan cerita di game ini agak membingungkan apabila kita memainkan game ini tanpa memainkan Assassin’s Creed pendahulunya. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya cerita yang menjelaskan isi dari prekuel game ini. Sisa dari storyline game ini tidak akan saya jelaskan disini, soalnya nanti saya dibilang spoiler, gak seru kaan. Gameplay : 6 Apabila kita ketahuan dalam melakukan suatu aksi, maka kita akan diserang oleh para penjaga yang ada. Di saat diserang, kita bisa melawan dengan menggunakan pedang atau senjata lain yang ada. Meski dikerumuni, jagoan kita yaitu mas Altair cukup sakti dalam memainkan senjata, jadinya kita tak perlu takut. Hanya saja kalau musuh sudah dirasa cukup banyak, saatnya mengambil langkah seribu. Di game ini kita bisa bersembunyi di semak jerami ataupun di beberapa tempat yang terdapat di atap. Setelah cukup lama bersembunyi, kita bisa keluar dari persembunyian dan berlagak seolah-olah kita tak berdosa. Selain menjalankan misi yang ada, kita juga bisa mengambil free mission dengan membantu orang-orang yang sedang dalam kesulitan. Kadang di saat kita menjalankan misi, ada beberapa orang yang berada dalam bahaya karena diganggu oleh penjaga yang usil. Atau ada request dari NPC tertentu untuk menghabisi orang yang terdapat di area tertentu. Misi ini bisa kita ambil atau tidak hiraukan sama sekali. Yaa, namanya juga side job, diambil sukur, nggak diambil ya sudahlah. Nah, melihat fitur dan gameplay yang baru saja saya bahas, saya jamin kalian akan tambah bingung, kenapa saya memberi nilai yang tergolong kecil. Alasannya ada di halaman berikut ini. Meski memiliki fitur dan gameplay yang sama dari game pendahulunya, Assassin’s Creed: Bloodlines memiliki banyak cacat yang tidak bisa diterima oleh para penggemarnya. Salah satunya adalah Artificial Intelligence yang amat sangat bodoh. Apabila di game sebelumnya kita ketahuan oleh penjaga, kita akan diburu oleh puluhan penjaga yang akan menyerang kita dengan sangat ganas. Bahkan mereka akan terus memburu hingga ke atap, dan tempat-tempat yang kita belum datangi (mungkin mereka koordinasi pake walkie talkie sampe bisa sehebat itu). Tapi di game ini, meskipun kita membunuh satu penjaga yang ada di sebelah penjaga lainnya, penjaga yang masih hidup akan ”cuek bebek” melihat aksi kita. Apakah di game ini pembunuhan adalah santapan sehari-hari penjaga? Tentu tidak, itu kan cacat dari gamenya. Hal ini membuat gameplay menjadi amat sangat mudah. Saya pribadi bisa membunuh hampir semua musuh yang ada dengan stealth kill frontal (penjaganya nggak setia kawan sih, jadinya ngebunuh 10 orang secara langsung bisa kita lakukan dengan tidak hati-hati). Penjaga baru akan merasa kita berbahaya apabila kita menubruknya, mengaktifkan “High Profile” mode, atau mengeluarkan pedang di hadapannya. Supaya aman, kita hanya tinggal menekan tombol “X” untuk “blend” dengan keadaan sekitar. Fitur “blend” yang ada di Assassin’s Creed: Bloodlines ini pun terasa cukup aneh. Apabila di seri sebelumnya kita benar-benar membaur dengan orang yang ramai di kota, di sini kita bisa melakukan “blend” di jalanan yang sepi. Dan anehnya blend di jalanan yang cukup sepi pun dirasa efektif oleh para penjaga yang ada. Hmm, mungkin buat mereka, dengan menunduk pun sudah cukup menunjukkan bahwa kita bersalah dan tak perlu dihukum ya? Selain itu, kita juga akan merindukan atap-atap dari Holy Land yang sangat luas untuk dijelajahi. Di game ini, atap yang ada di Cyprus tidak begitu luas, sehingga membuat kita merasa menjelajahi daerah yang cukup sempit. Di beberapa tempat kita malah diharuskan untuk berjalan di tempat terbuka (waduh, kalo ketahuan gimana nih). Apabila di game pendahulunya kita banyak menemukan tembok yang bisa dipanjat, di game ini kita akan jarang sekali menemukan tembok tersebut. Hampir semua tembok yang ada terlihat plain dan tidak dapat dipanjat. Well, sepertinya tema ”Stealth Action” di game ini bisa dibilang cukup ”failed”. Meskipun gameplay berbasiskan stealth cukup dirasa “failed”, action yang ada di game ini terasa cukup bagus. Kita bisa melakukan counter yang bagus dengan menekan tombol “R” dan “kotak” secara bersamaan dengan timing yang tepat. Apabila counter berjalan dengan baik, maka kamera akan zoom in ke arah Altair dan memberikan efek pembunuhan yang “keren” dan dramatis. Sayangnya fighting yang menantang hanya bisa ditemukan di boss fight. Selebihnya musuh yang ada disini sangat mudah untuk dilawan. Well, meski gameplay sama dengan pendahulunya, kelemahan-kelemahan yang ada di game ini membuat saya hanya bisa memberi nilai yang tidak begitu besar untuk game ini. Tentunya kini kalian mengerti kan perasaan kecewa saya. Grafis : 7 Meskipun environment terlihat agak mati, tetapi gerakan Altair di Assassin’s Creed : Bloodlines tetap terlihat smooth. Bila diperhatikan, gerakan stealth kill dan counter milik Altair digambarkan dengan bagus dan cukup menyenangkan untuk dilihat. Dicoba juga boleh asal don’t try this at home (lho, gimana sih). Pergerakan kamera di game ini juga membuat suasana di game ini jadi cukup epic. Apabila Altair sedang melakukan stealth kill atau counter kill, sesekali kamera akan zoom in ke arah Altair. Cukup bagus, hanya saja hal ini berkesan repetitif, sehingga kita akan cepat merasa bosan dengan fitur ini. Frame rate yang ada di game ini juga cukup terasa stabil. Sayangnya render untuk tiap karakter tidak terlalu bagus, sehingga terdapat banyak jaggies yang cukup jelas apabila permainan beralih dari gameplay ke cutscene in-game. Kesimpulannya, dari semua kelebihan dan kekurangan yang ada di kualitas grafis Assassin’s Creed : Bloodlines, game ini masih memiliki kualitas grafis yang cukup bagus untuk game PSP. Sound : 7 Berbeda dengan BGM yang ada di game ini, Sound Effect di game ini terasa cukup baik. Suara yang terdengar di saat Altair mengeluarkan hidden blade memberikan nuansa yang cukup sensasional . Selain itu bunyi pisau lempar yang mengenai musuh pun terdengar empuk di saat mengenai lawan (am I obsessed with this killing spree or what). Suara pedang beradu pun terdengar cukup nyata. Yang cukup disayangkan, bunyi ketika Altair melompat dari atap ala ”Pocahontas” tidak terdengar begitu keras. Harusnya ”gedebum” gitu ya, kan tinggi tuh (plakkk). Aspek terakhir dari sound di game ini adalah voice acting. Berbeda dengan kualitas script di voice acting Assassin’s Creed pertama, script voice acting di Assassin’s Creed : Bloodline ini terasa agak membosankan dan cupu. Aksen yang digunakan oleh orang-orang yang ada di game ini sudah cukup bagus, tapi kualitas scriptnya benar-benar terasa kurang. Satu hal yang lucu di game ini adalah di saat kita menubruk salah satu NPC yang berada di kota, dia akan memaki dengan ”outta my way” atau ”watch when you going”. Berasa Amerika banget nggak siih. Singkatnya, kualitas sound di game ini terasa “cukup lumayan”. Longevity : 6 Tapi game ini cukup menyenangkan untuk dimainkan tanpa mengikuti misi yang ada. Jadi kita bisa berkeliling dengan bebas, membantu para penduduk yang diganggu oleh para penjaga yang usil, hingga mengambil misi dari para NPC yang ada. Atau kalau kamu sedang bosan atau bete, kamu juga bisa melakukan “Killing Spree” terhadap musuh-musuh yang ada, baik dengan stealth, atau latihan counter kill dengan sengaja. Di game ini kita bisa membunuh 50 musuh dengan mudah, jadinya nggak usah kuatir bakalan mati di tengah jalan, hehe. Selain itu game ini juga memiliki unsur "reward" yang bisa menarik minat orang untuk memainkannya. Di samping itu, game ini tidak memiliki tingkat replayability yang tinggi, bahkan cenderung membosankan. Editor’s Tilt : 6 Sedikitnya fitur yang ada membuat game ini terasa benar-benar repetitif dan membosankan. Satu-satunya yang menarik dalam game ini adalah Storylinenya. Game ini merupakan game yang menghubungkan antara Assassin’s Creed pertama dan kedua, sehingga game ini akan diburu oleh para pecinta seri Assassin’s Creed. Selain itu, game ini cukup menyenangkan apabila dimainkan di saat bete, just kill all the guard in sight, and start the KILLING SPREE! Muhahahaha! Total Score : 6,4
Enam? Kenapa gameplay dari game ini hanya diberi enam? Ayo kita telusuri mengapa sekuel dari game yang tergolong “sangat keren” ini hanya saya beri nilai enam (gile, berasa guru nih gue). Seperti pendahulunya, game ini memiliki gameplay yang sama. Kita diharuskan untuk membunuh musuh yang ada dengan sembunyi-sembunyi dan merahasiakan identitas kita sebagai Assassin. Selain membunuh, kita juga diberikan misi sesuai dengan storyline yang ada . Ngebunuh orang, nganterin barang, name it, yang penting halal (loh, ngebunuh kok halal mas).
Soal kualitas grafis, kita tidak bisa membandingkan grafis di game Assassin’s Creed : Bloodlines dengan Assassin’s Creed yang dirilis di Playstation 3 tentunya perbedaan hadware yang cukup signifikan membuat hal ini bisa dimaklumi oleh para penggemar seri ini. Meskipun demikian, kualitas grafis Assassin’s Creed : Bloodlines ini tergolong bagus untuk ukuran game PSP. Sayangnya, penggambaran environment yang ada di game ini masih jauh sekali dari seri pendahulunya. Kota-kota yang di game pendahulunya terlihat hidup, realistis dan besar kini terlihat lebih sepi dan sempit. Well, di ceritanya sih dijelasin kalau para penduduk kota takut dan bersembunyi, jadinya cukup masuk akal. Selain itu, pemandangan yang ada di saat Altair “nemplok” di atas tower untuk melakukan synchronize juga terlihat cukup lumayan.
Dari grafis kita beralih ke sound. Seperti seri pendahulunya, Assassin’s Creed Bloodlines tidak memiliki banyak BGM. Sebagian besar stage dilalui dengan suasana yang cukup sepi. Well, BGM sih ada, tapi Cuma terdengar seperti kumpulan sound effect. Di saat kita memulai battle, Background Music akan berganti ke musik yang cukup cepat dan menegangkan. Sayangnya begitu battle berakhir, kita akan kembali dihadapkan oleh suasana ”sunyi” khas seri Assassin’s Creed.
Assassin’s Creed : Bloodlines ini memiliki enam chapter game yang bisa dimainkan berulang-ulang. Apabila kita memainkannya secara linear, mungkin hanya akan menghabiskan waktu kurang lebih sepuluh jam untuk menamatkannya. Meskipun bisa dimainkan berulang-ulang, gameplay yang sangat repetitif dan minimnya fitur membuat kita cenderung menjadi malas untuk memainkannya berulang kali (colongan curhat nih, soalnya gue main sekali aja udah bosen).
Bagi saya yang merupakan penggemar stealth action game, sejujurnya saya merasa sangat kecewa di saat memainkan Assassin’s Creed ini. Harapan saya bahwa game ini akan dapat melampaui gameplay dari game sejenis di PSP seperti Tenchu benar-benar pupus. Gameplay dari game ini bahkan tidak bisa mendekati tingkat kerumitan dari Tenchu yang dirilis cukup lama sebelum game ini dirilis.
Game buat PSP ini keren. Wah seru tuh gamenya. Seorang ibu asal New York yang mengetahui anak balitanya telah menghabiskan $65,95 untuk membeli fitur sebuah game. Dikutip dari website pemuat berita iyaa bahwa melihat hal yang tidak menguntungkan itu, sang ibu mengajukan gugatan kepada Google dengan dakwaan bahwa Play Store dipenuhi games dan aplikasi yang membuat anak-anak menghabiskan uang. Gugatan ibu ini juga merupakan class action yang mewakili seluruh ibu-ibu di daratas AS.
Solusinya gan g bs mndekati musuh mision failed:you been have discovered
Min, gw ijin copas paragrap pertama ya min..
Gan saya ga ngerti sbnrnya misi assassins creed bloodlines ini untuk apa ya dan map atau peta itu saya cari² ga ktmu² mohon pncerahannya ya gan mksh
minimum spek dan rekomen spek buat main nih game?
ngeselin klo lagi dikejar banyak templar, pas mau naik ke tembok tapi temboknya gk bisa dipanjat
ngeselin klo lagi dikejar banyak templar, pas mau naik ke tembok tapi temboknya gk bisa dipanjat
Itu harus diem diem gak boleh Deket Deket musuh
Ikan hiu makan pepaya,Yo Ndak tau Kok tanya saya