• Welcome Message

    Welcome to the Madhouse...

iklan

banner banner banner
banner banner banner
banner banner banner


Tahun ini tampaknya merupakan sebuah tahun yang besar untuk franchise Monster Hunter milik Capcom. Serial ini membuat debut versi Wii-nya di Amerika lewat Monster Hunter Tri pada 20 April mendatang, dan akan segera meluas ke Xbox 360 pada musim panas ini lewat Monster Hunter Frontier.

Sementara Capcom terus berupaya untuk memperluas jangkauan serial game ini pada platform-platform baru, kini sang publisher telah menguak bahwa mereka belumlah usai dengan lahan besar mereka yang sebelumnya. Capcom of Japan pada kali ini menginformasikan bahwa Monster Hunter Freedom 3 akan memperoleh waktu rilisnya pada “akhir 2010.” Perusahaan tersebut menyebutkan bahwa game ini akan menambahkan sejumlah musuh-musuh dan wilayah baru, dengan dilengkapi perbaikan pada sistem AI Felyne-nya.

Di luar dari nomor 3 yang akan disandangnya, Monster Hunter Freedom 3 pada sebenarnya akan menjadi pengembangan yang keempat kali dari Monster Hunter untuk PSP. Sebagai tambahan selain kedua game pertama Monster Hunter Freedom, Capcom juga telah meluncurkan Monster Hunter Freedom Unite, yang merupakan versi Barat dari Monster Hunter 2nd G. Dirilis pada Maret 2008, 2nd G berhasil menjual sebanyak 3,5 juta kopi hanya untuk wilayah Jepang saja. Hal tersebut telah menjadikannya sebagai game PSP pertama yang mampu mencetak prestasi segemilang itu, menurut Capcom.

Kabar yang sudah lama dinantikan oleh para pemain PSP, sayangnya masih belum ada kabar untuk rencana lokalisasi Barat dari game ini. (LYR)


Selengkapnya...


Hideo Kojima, alias “Bapak Metal Gear”, memang sosok yang tidak pernah lepas dari kejutan. Mengakhiri petualangan Solid Snake di Guns of the Patriots rupanya tidak berarti menjadikannya sebagai akhir untuk Metal Gear. Pada E3 2009 lalu, Kojima Productions telah kembali mengumumkan kelanjutan pengembangan untuk saga Metal Gear melalui Metal Gear Solid: Rising dan Metal Gear Solid: Peace Walker. MGS: Rising dikuak oleh Kojima sebagai sebuah spin-off dengan Raiden sebagai tokoh utamanya. Tidak hanya membawakan sebuah cerita yang baru, Rising pun disebutkan akan hadir dengan gaya gameplay yang benar-benar baru dalam sejarah pengembangan MGS. Di samping pengembangan dari Rising, Kojima Productions juga memiliki Peace Walker yang merupakan eksklusif Konami untuk PSP. Untuk PSP? PSP selama ini memang cukup akrab sebagai handheld yang tidak asing lagi bagi game-game spin-off dari sejumlah judul besar. Lain hal dari anggapan yang cukup mengecilkan hati semacam itu, anggapan tersebut tampaknya akan berlaku berbeda untuk game ini. Peace Walker bisa dibilang sebagai sebuah game yang istimewa. Bisa dibilang istimewa karena memang dikembangkan eksklusif untuk PSP dengan nilai tambah yang mutlak dari Hideo Kojima sendiri. Tidak bisa disepelekan begitu saja, baru-baru ini sang maestro bahkan menyebut Peace Walker sebagai MGS5 versinya. Sebelumnya, rencana mengembangkan Peace Walker sudah sempat terlintas di benak Kojima ketika tengah merampungkan Portable Ops. Ia sempat mempertimbangkan rencana tersebut untuk diserahkan pada generasi pengembang selanjutnya dari Kojima Productions. Akan tetapi, keputusan tersebut harus ia tarik kembali dengan anggapan bahwa pertimbangannya itu masih terlalu awal untuk ia serahkan kepada para penerusnya.

Nyata halnya bahwa Peace Walker memang akan memiliki pengaruh yang cukup penting terhadap cerita pada saga Metal Gear. Kojima menetapkan setting cerita game ini untuk terjadi di Costa Rica pada tahun 1974, yang mengartikan sepuluh tahun seusai MGS 3: Snake Eater, empat tahun setelah Portable Ops, dan hanya berselang dua tahun setelah proyek Les Enfants Terribles. Sebagai hero untuk MGS kali ini ialah Big Boss alias Naked Snake. Diceritakan bahwa Big Boss bersama dengan “Militaires Sans Frontieres” (sebelum Outer Heaven) harus beraksi mengembalikan kedamaian di negara tanpa pertahanan militer, Costa Rica. Pada pengumuman perdana game ini di E3 2009, sempat diungkapkan bahwa di game kali ini gamers akan berhadapan dengan Metal Gear yang mengudara.

Keterangan mengenai gameplay untuk Peace Walker memang belum banyak tersebar luas. Selain dari keterangan gameplay yang telah diungkapkan oleh Kojima, mungkin sejumlah gamers bisa kembali menyamaratakan genre pada game ini seperti game-game MGS sebelumnya yang bergenre stealth action. Genre mungkin boleh sama, namun Kojima telah menjanjikan sejumlah pengembangan pada gameplay yang akan membuat game ini terkesan lebih istimewa dan segar dengan pengembangan yang belum pernah dilakukan terhadap MGS sebelum-sebelumnya. Dan yang terkesan cukup berpengaruh serta memberikan kesan adanya perubahan yang cukup signifikan dalam hal gameplay pada game ini, seperti yang bisa dilihat pada sejumlah screenshot yang telah beredar, adalah fitur co-op untuk empat pemain. Fitur ini merupakan sesuatu yang segar dimana pada sebelumnya gameplay pada cerita utama game-game MGS memang tidak dapat dimainkan secara co-op. Pada kali ini, mungkin bakal terasa cukup janggal bagi gamers untuk melihat empat Big Boss beraksi dalam satu layar. Apabila gamers telah melihat beberapa screenshot yang tersebar, salah satu dari gambar tersebut memperlihatkan dengan cukup jelas adanya bagian dimana dua orang Snake (Big Boss) bersembunyi di balik satu Cardboard Box berukuran besar. Dengan itu, bisa ditarik kesimpulan bahwa akan ada sejumlah bagian lain yang mungkin akan melibatkan interaksi antar para pemainnya. Fitur co-op ini tentunya tidak lepas dari perkembangan sejumlah game PSP saat ini yang cenderung menekankan fitur multiplayer-nya. Cukup menarik untuk dinantikan bagaimana mekanisme co-op semacam ini akan berlaku terhadap Metal Gear.


Selain co-op multiplayer, fitur custom merupakan salah satu fitur unik yang belum pernah gamers temukan pada game-game MGS terdahulu. Melakukan custom terhadap Naked Snake secara langsung akan turut mempengaruhi bagaimana gaya gamers bermain. Baik bermain dengan gaya stealth khas MGS atau menyerbu dengan gaya Rambo bisa menjadi pilihan yang ditawarkan untuk dapat gamers pilih pada game ini. Pemilihan-pemilihan konfigurasi tertentu akan memegang peranan yang penting. Misalnya, gamers bisa bergerak dengan lebih cepat dan tidak bersuara dengan membawa persenjataan yang lebih sedikit, dan begitupun sebaliknya. Menentukan keputusan untuk itu dan taktik di dalam game ini pun disebutkan akan memegang peranan yang tidak kalah pentingnya. Dan tidak hanya menambahkan fitur custom, Peace Walker juga memasukkan “growth feature” di dalamnya. Fitur tersebut merupakan fitur dimana karakter Snake dapat berkembang atau mengalami “evolusi”. Hal ini merupakan sesuatu yang baru untuk MGS, namun sudah tidak asing pada sejumlah game shooter tertentu dan RPG-RPG.

Karena game ini dirilis setelah MGS4, tentunya gamers bisa menaruh harapan bahwa Kojima Productions akan menambahkan sejumlah fitur serta adaptasi mekanisme gameplay yang dipengaruhi oleh game next-gen tersebut. Gamers mungkin tidak perlu repot-repot berharap banyak untuk kualitas grafis dari game ini yang kurang lebih terlihat memang akan dimaksimalkan untuk PSP, namun juga bisa digolongkan standar kualitas pada saat ini. Akan tetapi, sejumlah pengembangan pada gameplay-nya tentu bisa diharapkan untuk tampil dengan prima dengan mengadaptasi sejumlah elemen unggul pada game-game sebelumnya. Lokasi-lokasi dari game ini akan meliputi setting-setting seperti pantai, hutan tropis, serta bagian perkotaan. Diharapkan pada masing-masing tempat tersebut akan menampilkan detil yang baik dan kedalaman yang mempengaruhi gameplay di dalamnya. Stealth camouflage beserta dengan mekanisme stealth action seperti bersembunyi di balik obyek-obyek tertentu, bergelantungan di bagian tepi jembatan gantung, dan stealth kill merupakan hal-hal yang bisa gamers temukan kembali dalam Peace Walker. Di samping semua itu, ada pula sebuah mekanisme baru dimana gamers dapat melumpuhkan lalu memasangkan suatu item pada musuh, yang akan mengangkat musuh tersebut ke udara dan hal ini sepertinya merupakan bentuk baru dari “menangkap pasukan musuh” seperti yang ada di Portable Ops sebelumnya. Tidak hanya itu, salah satu kabar terbaru pun sempat menyebutkan bahwa skanario pada game ini memiliki fitur replayable. Selain fitur multiplayer yang akan sangat ditonjolkan untuk game ini, hal tersebut tampaknya juga akan memiliki pengaruh untuk nilai lebih pada game ini.

Setelah rilis Dynasty Warriors: Strikeforce beberapa bulan yang lalu, banyak anggapan pro dan kontra yang muncul sekaitan dengan game tersebut. Sejumlah anggapan yang berkembang menyebutkan bahwa fitur “Fury” pada game tersebut membuat game tersebut terkesan aneh dan kurang pas untuk dimasukkan ke dalam sebuah Dynasty Warriors. Dan untuk MGS: Peace Walker ini, cukup terkesan bahwa fitur co-op multiplayer dengan empat orang Big Boss ini pun juga akan menimbulkan pro dan kontra yang berbeda-beda. Akan tetapi, bagaimana keunikan serta pengembangan baru di dalam game ini akan berpengaruh terhadap gameplay tentunya merupakan hal yang paling penting untuk diperhatikan. So pasti ini bakalan semakin membuat para penggemarnya penasaran dengan seperti apa jadinya aksi empat Snake dalam satu layar di game ini. Jadi, sabar-sabar dulu deh sampai tahun 2010 mendatang. (LYR)

Selengkapnya...


Assassin’s Creed : Bloodlines bercerita tentang kelanjutan cerita Altair setelah kisah Assassin’s Creed pertama berakhir. Sebagai direct sequel, disini diceritakan bahwa Altair kini berkelana dari Holy Land ke Cyprus untuk menghabisi sisa-sisa Templar yang ada. Di cerita ini, Altair akan sering berurusan dengan Maria yang merupakan salah satu Templar wanita yang diampuni oleh Altair di cerita Assassin’s Creed pertama. Yah, sama cewek harus baik dong mas Altair, masa main bunuh aja. Jalan cerita di game ini agak membingungkan apabila kita memainkan game ini tanpa memainkan Assassin’s Creed pendahulunya. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya cerita yang menjelaskan isi dari prekuel game ini. Sisa dari storyline game ini tidak akan saya jelaskan disini, soalnya nanti saya dibilang spoiler, gak seru kaan.



Gameplay : 6
Enam? Kenapa gameplay dari game ini hanya diberi enam? Ayo kita telusuri mengapa sekuel dari game yang tergolong “sangat keren” ini hanya saya beri nilai enam (gile, berasa guru nih gue). Seperti pendahulunya, game ini memiliki gameplay yang sama. Kita diharuskan untuk membunuh musuh yang ada dengan sembunyi-sembunyi dan merahasiakan identitas kita sebagai Assassin. Selain membunuh, kita juga diberikan misi sesuai dengan storyline yang ada . Ngebunuh orang, nganterin barang, name it, yang penting halal (loh, ngebunuh kok halal mas).



Apabila kita ketahuan dalam melakukan suatu aksi, maka kita akan diserang oleh para penjaga yang ada. Di saat diserang, kita bisa melawan dengan menggunakan pedang atau senjata lain yang ada. Meski dikerumuni, jagoan kita yaitu mas Altair cukup sakti dalam memainkan senjata, jadinya kita tak perlu takut. Hanya saja kalau musuh sudah dirasa cukup banyak, saatnya mengambil langkah seribu. Di game ini kita bisa bersembunyi di semak jerami ataupun di beberapa tempat yang terdapat di atap. Setelah cukup lama bersembunyi, kita bisa keluar dari persembunyian dan berlagak seolah-olah kita tak berdosa.



Selain menjalankan misi yang ada, kita juga bisa mengambil free mission dengan membantu orang-orang yang sedang dalam kesulitan. Kadang di saat kita menjalankan misi, ada beberapa orang yang berada dalam bahaya karena diganggu oleh penjaga yang usil. Atau ada request dari NPC tertentu untuk menghabisi orang yang terdapat di area tertentu. Misi ini bisa kita ambil atau tidak hiraukan sama sekali. Yaa, namanya juga side job, diambil sukur, nggak diambil ya sudahlah. Nah, melihat fitur dan gameplay yang baru saja saya bahas, saya jamin kalian akan tambah bingung, kenapa saya memberi nilai yang tergolong kecil. Alasannya ada di halaman berikut ini.

Meski memiliki fitur dan gameplay yang sama dari game pendahulunya, Assassin’s Creed: Bloodlines memiliki banyak cacat yang tidak bisa diterima oleh para penggemarnya. Salah satunya adalah Artificial Intelligence yang amat sangat bodoh. Apabila di game sebelumnya kita ketahuan oleh penjaga, kita akan diburu oleh puluhan penjaga yang akan menyerang kita dengan sangat ganas. Bahkan mereka akan terus memburu hingga ke atap, dan tempat-tempat yang kita belum datangi (mungkin mereka koordinasi pake walkie talkie sampe bisa sehebat itu). Tapi di game ini, meskipun kita membunuh satu penjaga yang ada di sebelah penjaga lainnya, penjaga yang masih hidup akan ”cuek bebek” melihat aksi kita. Apakah di game ini pembunuhan adalah santapan sehari-hari penjaga? Tentu tidak, itu kan cacat dari gamenya.



Hal ini membuat gameplay menjadi amat sangat mudah. Saya pribadi bisa membunuh hampir semua musuh yang ada dengan stealth kill frontal (penjaganya nggak setia kawan sih, jadinya ngebunuh 10 orang secara langsung bisa kita lakukan dengan tidak hati-hati). Penjaga baru akan merasa kita berbahaya apabila kita menubruknya, mengaktifkan “High Profile” mode, atau mengeluarkan pedang di hadapannya. Supaya aman, kita hanya tinggal menekan tombol “X” untuk “blend” dengan keadaan sekitar.



Fitur “blend” yang ada di Assassin’s Creed: Bloodlines ini pun terasa cukup aneh. Apabila di seri sebelumnya kita benar-benar membaur dengan orang yang ramai di kota, di sini kita bisa melakukan “blend” di jalanan yang sepi. Dan anehnya blend di jalanan yang cukup sepi pun dirasa efektif oleh para penjaga yang ada. Hmm, mungkin buat mereka, dengan menunduk pun sudah cukup menunjukkan bahwa kita bersalah dan tak perlu dihukum ya?

Selain itu, kita juga akan merindukan atap-atap dari Holy Land yang sangat luas untuk dijelajahi. Di game ini, atap yang ada di Cyprus tidak begitu luas, sehingga membuat kita merasa menjelajahi daerah yang cukup sempit. Di beberapa tempat kita malah diharuskan untuk berjalan di tempat terbuka (waduh, kalo ketahuan gimana nih). Apabila di game pendahulunya kita banyak menemukan tembok yang bisa dipanjat, di game ini kita akan jarang sekali menemukan tembok tersebut. Hampir semua tembok yang ada terlihat plain dan tidak dapat dipanjat. Well, sepertinya tema ”Stealth Action” di game ini bisa dibilang cukup ”failed”.



Meskipun gameplay berbasiskan stealth cukup dirasa “failed”, action yang ada di game ini terasa cukup bagus. Kita bisa melakukan counter yang bagus dengan menekan tombol “R” dan “kotak” secara bersamaan dengan timing yang tepat. Apabila counter berjalan dengan baik, maka kamera akan zoom in ke arah Altair dan memberikan efek pembunuhan yang “keren” dan dramatis. Sayangnya fighting yang menantang hanya bisa ditemukan di boss fight. Selebihnya musuh yang ada disini sangat mudah untuk dilawan.



Well, meski gameplay sama dengan pendahulunya, kelemahan-kelemahan yang ada di game ini membuat saya hanya bisa memberi nilai yang tidak begitu besar untuk game ini. Tentunya kini kalian mengerti kan perasaan kecewa saya.


Grafis : 7
Soal kualitas grafis, kita tidak bisa membandingkan grafis di game Assassin’s Creed : Bloodlines dengan Assassin’s Creed yang dirilis di Playstation 3 tentunya perbedaan hadware yang cukup signifikan membuat hal ini bisa dimaklumi oleh para penggemar seri ini. Meskipun demikian, kualitas grafis Assassin’s Creed : Bloodlines ini tergolong bagus untuk ukuran game PSP. Sayangnya, penggambaran environment yang ada di game ini masih jauh sekali dari seri pendahulunya. Kota-kota yang di game pendahulunya terlihat hidup, realistis dan besar kini terlihat lebih sepi dan sempit. Well, di ceritanya sih dijelasin kalau para penduduk kota takut dan bersembunyi, jadinya cukup masuk akal. Selain itu, pemandangan yang ada di saat Altair “nemplok” di atas tower untuk melakukan synchronize juga terlihat cukup lumayan.



Meskipun environment terlihat agak mati, tetapi gerakan Altair di Assassin’s Creed : Bloodlines tetap terlihat smooth. Bila diperhatikan, gerakan stealth kill dan counter milik Altair digambarkan dengan bagus dan cukup menyenangkan untuk dilihat. Dicoba juga boleh asal don’t try this at home (lho, gimana sih). Pergerakan kamera di game ini juga membuat suasana di game ini jadi cukup epic. Apabila Altair sedang melakukan stealth kill atau counter kill, sesekali kamera akan zoom in ke arah Altair. Cukup bagus, hanya saja hal ini berkesan repetitif, sehingga kita akan cepat merasa bosan dengan fitur ini.

Frame rate yang ada di game ini juga cukup terasa stabil. Sayangnya render untuk tiap karakter tidak terlalu bagus, sehingga terdapat banyak jaggies yang cukup jelas apabila permainan beralih dari gameplay ke cutscene in-game.



Kesimpulannya, dari semua kelebihan dan kekurangan yang ada di kualitas grafis Assassin’s Creed : Bloodlines, game ini masih memiliki kualitas grafis yang cukup bagus untuk game PSP.

Sound : 7
Dari grafis kita beralih ke sound. Seperti seri pendahulunya, Assassin’s Creed Bloodlines tidak memiliki banyak BGM. Sebagian besar stage dilalui dengan suasana yang cukup sepi. Well, BGM sih ada, tapi Cuma terdengar seperti kumpulan sound effect. Di saat kita memulai battle, Background Music akan berganti ke musik yang cukup cepat dan menegangkan. Sayangnya begitu battle berakhir, kita akan kembali dihadapkan oleh suasana ”sunyi” khas seri Assassin’s Creed.



Berbeda dengan BGM yang ada di game ini, Sound Effect di game ini terasa cukup baik. Suara yang terdengar di saat Altair mengeluarkan hidden blade memberikan nuansa yang cukup sensasional . Selain itu bunyi pisau lempar yang mengenai musuh pun terdengar empuk di saat mengenai lawan (am I obsessed with this killing spree or what). Suara pedang beradu pun terdengar cukup nyata. Yang cukup disayangkan, bunyi ketika Altair melompat dari atap ala ”Pocahontas” tidak terdengar begitu keras. Harusnya ”gedebum” gitu ya, kan tinggi tuh (plakkk).



Aspek terakhir dari sound di game ini adalah voice acting. Berbeda dengan kualitas script di voice acting Assassin’s Creed pertama, script voice acting di Assassin’s Creed : Bloodline ini terasa agak membosankan dan cupu. Aksen yang digunakan oleh orang-orang yang ada di game ini sudah cukup bagus, tapi kualitas scriptnya benar-benar terasa kurang. Satu hal yang lucu di game ini adalah di saat kita menubruk salah satu NPC yang berada di kota, dia akan memaki dengan ”outta my way” atau ”watch when you going”. Berasa Amerika banget nggak siih. Singkatnya, kualitas sound di game ini terasa “cukup lumayan”.

Longevity : 6
Assassin’s Creed : Bloodlines ini memiliki enam chapter game yang bisa dimainkan berulang-ulang. Apabila kita memainkannya secara linear, mungkin hanya akan menghabiskan waktu kurang lebih sepuluh jam untuk menamatkannya. Meskipun bisa dimainkan berulang-ulang, gameplay yang sangat repetitif dan minimnya fitur membuat kita cenderung menjadi malas untuk memainkannya berulang kali (colongan curhat nih, soalnya gue main sekali aja udah bosen).



Tapi game ini cukup menyenangkan untuk dimainkan tanpa mengikuti misi yang ada. Jadi kita bisa berkeliling dengan bebas, membantu para penduduk yang diganggu oleh para penjaga yang usil, hingga mengambil misi dari para NPC yang ada. Atau kalau kamu sedang bosan atau bete, kamu juga bisa melakukan “Killing Spree” terhadap musuh-musuh yang ada, baik dengan stealth, atau latihan counter kill dengan sengaja. Di game ini kita bisa membunuh 50 musuh dengan mudah, jadinya nggak usah kuatir bakalan mati di tengah jalan, hehe. Selain itu game ini juga memiliki unsur "reward" yang bisa menarik minat orang untuk memainkannya. Di samping itu, game ini tidak memiliki tingkat replayability yang tinggi, bahkan cenderung membosankan.



Editor’s Tilt : 6
Bagi saya yang merupakan penggemar stealth action game, sejujurnya saya merasa sangat kecewa di saat memainkan Assassin’s Creed ini. Harapan saya bahwa game ini akan dapat melampaui gameplay dari game sejenis di PSP seperti Tenchu benar-benar pupus. Gameplay dari game ini bahkan tidak bisa mendekati tingkat kerumitan dari Tenchu yang dirilis cukup lama sebelum game ini dirilis.



Sedikitnya fitur yang ada membuat game ini terasa benar-benar repetitif dan membosankan. Satu-satunya yang menarik dalam game ini adalah Storylinenya. Game ini merupakan game yang menghubungkan antara Assassin’s Creed pertama dan kedua, sehingga game ini akan diburu oleh para pecinta seri Assassin’s Creed. Selain itu, game ini cukup menyenangkan apabila dimainkan di saat bete, just kill all the guard in sight, and start the KILLING SPREE! Muhahahaha!

Total Score : 6,4


Selengkapnya...


Silent Hill : Shattered Memories memiliki cerita yang mirip dengan Silent Hill pertama. Sang jagoan kita, Harry Mason mencari putrinya Cheryl yang hilang di kota bernama Silent Hill. Cheryl menghilang sesaat setelah mobil yang ditumpanginya dan Harry mengalami kecelakaan. Untuk yang pernah memainkan seri pertama Silent Hill, cerita ini terdengar persis dengan Silent Hill pertama, tapi ternyata hanya bagian ini saja yang mirip, selebihnya cerita dari Silent Hill : Shattered Memories akan sangat berbeda dengan Silent Hill pertama.





Game ini dimulai dengan pola pandangan first person. Dimana Harry sedang diwawancara oleh seorang terapis. Pada awalnya, kita diwajibkan untuk mengisi sebuah kuesioner yang agak *ehm* janggal. Hal ini berguna untuk memeriksa kondisi kejiwaan Harry yang baru saja mengalami trauma akibat kecelakaan. Dari situ, kita akan menjalankan Harry di dalam ceritanya ke sang terapis.And now, let's start the review.



Gameplay : 9

Silent Hill : Shattered Memories memiliki gameplay yang unik dan lain dari biasanya. Seperti layaknya Silent Hill sebelumya, Harry akan dibekali sebuah senter yang bisa kita matikan atau nyalakan. Kali ini, Harry dibekali dengan sebuah Handphone untuk menjelajahi dunia Silent Hill. Handphone ini bisa digunakan oleh Harry untuk menerima telepon dan menelpon, menerima sms dan voice mail, GPS, juga memiliki fungsi kamera digital, tak lupa handphone ini juga bisa diganti ringtonenya (eh mas, hape gue juga bisa semua fitur itu).



Yang unik dari handphone itu bukanlah fiturnya, tetapi para pengirim pesannya. Handphone ini bisa digunakan untuk menerima pesan dari para hantu yang gentayangan. Apabila kita menemukan sebuah area yang membuat handphone ini mengeluarkan suara distorsi, maka akan terdapat sebuah message yang menceritakan sedikit cerita dari hantu tersebut. Tak hanya sms, tapi message itu bisa berupa voice mail atau picture message. Fungsi kamera yang ada di sini pun kurang lebih sama. Apabila kita menemukan daerah yang cukup mencurigakan, kita bisa mengambil foto dari daerah itu, dan kita akan mendapatkan foto hantu. Lalu akan terdapat sebuah sms yang menceritakan sepenggal cerita dari kejadian yang terjadi di foto itu.



Fungsi GPS yang ada di handphone ini kurang lebih sama dengan peta di seri sebelumnya, dimana kita akan diberikan way point ke tujuan kita, dan juga posisi kita saat ini. Well, tentunya akan lebih masuk akal membuka handphone dibanding membuka peta untuk mencari arah di kegelapan. Sedangkan fungsi telpon adalah salah satu fungsi yang paling unik dari game ini, kita tak hanya bisa menerima telepon dari orang-orang yang berusaha menghubungi Harry, tapi kita juga bisa menelpon nomor-nomor telepon yang tersebar di seluruh penjuru kota. Kadang pesan yang ada berguna untuk kita, atau kadang cuma sekedar iseng belaka.

Seperti Silent Hill lainnya, game ini dibagi dua fase, yaitu normal mode dan nightmare mode. Pada normal mode, kita diharuskan untuk menjelajahi kota untuk mendapatkan petunjuk akan hilangnya Cheryl. Termasuk melewati puzzle-puzzle yang ada di game ini (yeah, Silent Hill dan puzzle adalah dua hal yang tak terpisahkan). Game ini juga memiliki sedikit fitur baru untuk membuka kunci dan melewati beberapa puzzle, yaitu dengan adanya First person mode. Hal ini membuat kita bisa berinteraksi lebih dengan item-item yang bisa digunakan sebagai puzzle. Selain itu Harry juga akan bertemu dengan beberapa NPC yang akan membantu Harry untuk menemukan Cheryl (masih ingat dengan Cybil Bennet? dia muncul lagi lhoo).



Di saat Nightmare mode, seluruh kota berubah total menjadi Silent Hill yang dipenuhi dengan es. Sebagian besar jalan di kota berubah, dan kita mendapatkan waypoint yang baru di GPS. Selain itu, monster-monster pun akan bermunculan dan kita harus melawan mereka.

Sesuai dengan statement yang saya sebut di atas, game ini adalah game yang cukup unik karena kita akan kehilangan sebuah faktor penting dalam dunia survival horror, yaitu senjata. Bukan berarti kita menjadi kuat dan bisa memukuli musuh dengan tangan kosong, tetapi kita akan kehilangan kemampuan untuk melawan dan membunuh musuh-musuh yang ada (nah lhoo, gimana dong).



Di Silent Hill : Shattered Memories, Harry memiliki kemampuan untuk berlari, melompati pagar, menjatuhkan barang-barang untuk menghalangi musuh, menoleh ke belakang untuk melihat musuh dan juga melempar musuh yang mendekati dan menempel padanya. Tetapi musuh yang terjatuh karena dilempar oleh Harry akan kembali mengejar dan menyerang Harry, sehingga kita harus terus dan terus berlari untuk mencapai sebuah titik finish dimana Nightmare mode akan berakhir.

Gameplay ini membuat para fans Silent Hill : Shattered Memories menjadi pro dan kontra akan game ini. Konami mengimplementasikan fitur baru ini untuk mencoba membuat terobosan baru dalam survival horror game. Karena seseram apapun musuh yang ada, apabila kita bisa melawannya, musuh itu tidak akan menakutkan lagi. Tapi untuk yang menyukai gameplay Silent Hill terdahulu, kalian pasti akan merindukan banyaknya senjata yang ada di seri terdahulu.

Well, keberanian Konami untuk membuat system baru di seri Silent Hill ini patut diacungi jempol. Karena perubahan yang bagus itu akan sangat berarti bagi game sekaliber Silent Hill.



Grafis : 8

Sekilas, kualitas grafis di Silent Hill : Shattered Memories ini terlihat agak kasar. Kualitas tekstur tiap objek di sini terlihat cukup kaku dan patah-patah. Selain itu, terdapat sedikit penurunan frame rate di saat kita akan memasuki area baru. Well, itulah sedikit penilaian "awam" terhadap kualitas grafis game ini.

Tetapi, setelah memainkan game ini cukup lama, saya mulai merubah pemikiran "awam" saya terhadap kualitas grafis di game ini. Memang tak dapat dipungkiri, kalau grafis di game ini terlihat agak kaku, tapi hal itu dapat disiasati oleh Konami dengan adanya efek-efek salju di saat kita bergerak keluar ruangan.



Dan, meskipun terdapat sedikit penurunan frame rate di saat kita memasuki ruangan, hal itu terjadi karena kita akan memasuki ruangan yang berbeda sesuai dengan pilihan yang kita ambil.

Apabila kita menekan tombol untuk melakukan zoom in terhadap suatu benda, detail dari benda tersebut akan terlihat dengan jelas, bahkan tulisan kecil yang terdapat di sebuah poster pun bisa kita lihat dengan jelas. Well, game ini memang mengharuskan kita untuk memperhatikan detail dari tiap benda untuk mencari petunjuk dari puzzle-puzzle yang ada, makanya detail dibuat lebih baik.



Mimik muka dari tiap karakter yang ada pun dibuat cukup bagus. Perubahan emosi dari tiap karakter bisa dilihat dengan jelas di game ini (look at Cybil, she's quite scary when she's angry). Selain itu, kostum-kostum yang terdapat di game ini pun bisa berganti sesuai dengan alur cerita yang kita pilih.

Di saat kita memasuki Nightmare mode, perubahan yang terjadi di tiap stage terlihat bagus dan mengerikan. Monster-monster yang ada memang kurang variatif, tetapi mereka terlihat cukup detail dan menyeramkan. Di game ini tidak terdapat health bar, tetapi apabila health point kita berkurang, tampilan pada layar akan terlihat seperti sebuah video tape yang mulai rusak. Semakin rusak gambarnya, semakin kecil pula jumlah health point kita. Efek ini terlihat sangat bagus dan menegangkan, sangat cocok untuk sebuah game horror. Dengan demikian, kualitas tekstur yang agak kasar di game ini bisa dimanfaatkan oleh Konami untuk menambah kesan horror dari game ini.



Sound : 9
Seperti di seri sebelumnya, Akira Yamaoka, sang composer utama dari seri Silent Hill kembali membuat BGM dan soundtrack untuk Silent Hill : Shattered Memories. Selain BGM, terdapat empat lagu yang berisikan vocal, yang dinyanyikan oleh Mary Elizabeth McGlynn. Dia menyanyikan lagu untuk trailernya, beberapa event, dan juga untuk ending sequence game ini (trust me, it's quite creepy but good).



Penggunaan BGM di game ini pun tepat pada waktunya. Di beberapa tempat tertentu, kadang suasana dibuat menjadi sangat sunyi, sehingga kita bisa mendengar dengan jelas bunyi langkah kaki dari Harry. Apabila kita memasuki nightmare mode, BGM yang disetel membuat kita benar-benar bagaikan sedang dikejar-kejar, dan semua itu terjadi dengan sangat tiba-tiba. Nggak heran kalau kita dianjurkan untuk menggunakan earphone di saat memainkan game ini, ternyata supaya lebih seram toh.

Sound effect dan voice acting yang ada pun cukup baik, suara tiap karakter dibawakan dengan bagus oleh para voice actornya, dan juga terdengar cukup berkarakter. Di saat Harry memaki Cybil, terdengar intonasi Harry yang marah tetapi agak takut dan sedih. Apabila kita perhatikan dengan seksama, suara Harry di saat memanggil Cheryl di awal game terdengar sayup-sayup tertutup derasnya hujan salju. Hal ini membuktikan bahwa kualitas sound di Silent Hill : Shattered Memories sanggup bersaing dengan game-game lainnya.



Longevity : 8

Silent Hill : Shattered Memories
memiliki alur cerita unik yang berganti sesuai dengan pilihan kita. Hal ini membuat banyaknya kemungkinan yang terjadi di saat kita memainkan game ini. Game ini juga memiliki multiple ending, dan tiap ending memiliki plot yang menarik, sehingga istilah "bad ending" tidak kita temukan di sini. Dan kita pun tidak merasa keberatan untuk mengulang game ini untuk mendapatkan ending tersebut.



Di seri sebelumnya, kita akan memainkan ulang Silent Hill untuk mendapatkan ending yang berbeda. Namun di seri ini rasa penasaran kita akan berbagai probabilitas yang ada di Silent Hill : Shattered Memories akan membuat kita memainkan game ini lebih dari satu kali.

Konsep terbaru Silent Hill ini mengundang banyak pro-kontra akan sistemnya yang unik. Sebagian di antaranya tidak suka karena ditiadakannya senjata, dan kita diharuskan untuk terus berlari dan menghindar di sepanjang game. Selain itu game ini juga memiliki monster yang kurang variatif, sehingga sebagian fans Silent Hill itu beranggapan bahwa Silent Hill : Shattered Memories hanya meminjam nama dan ketenaran seri Silent Hill.



Melihat komen-komen seperti itu, rasa penasaran saya akan game Silent Hill : Shattered Memories ini timbul, sehingga saya mencoba untuk memainkannya. Dan ternyata, menurut saya game ini bisa menampilkan unsur horror lebih dari game horror lainnya. Di saat kita bisa melawan para hantu yang ada, kita malah merasa lebih berani dan bahkan menantang hantu dan monster itu menggunakan senjata yang ada. Sedangkan di game ini, kita harus berlari dan terus berlari hingga menemukan tempat yang aman dari para hantu dan monster (hal itulah yang pasti kita lakukan apabila bertemu hantu kan, setuju?).

Selain itu, konsep handphone sebagai one stop media di game ini juga cukup unik. Di beberapa bagian seperti message dan foto dari para hantu itu memang terlihat agak janggal. Tetapi menggunakan GPS di handphone untuk mencari rute akan lebih masuk akal dibandingkan dengan harus membuka peta di saat dikejar-kejar oleh musuh di tempat yang gelap. Selain itu, fitur ini termasuk unik dan baru untuk sebuah horror game (tinggal tunggu branding dari salah satu produsen handphone aja nih).



Dari semua fitur yang ada, yang membuat saya merasa salut akan game ini adalah banyaknya probabilitas yang bisa kita tentukan di saat kita memainkan game ini. Well, selain membuat kita akan fokus dalam memainkan game ini, kita juga akan merasa senang untuk mengulang game ini, karena kita dihadapkan ke sesuatu yang berbeda di saat mengulangnya untuk mendapatkan ending yang lain.

Seperti tulisan yang berada di disclaimer pada saat memulai game ini "This game plays you as much as you play it". Silent Hill : Shattered Memories akan membawa kita ke sebuah cerita yang kompleks dan menarik, juga gameplay horror yang sesungguhnya. So, what do you waiting for, gamers? Just play this title if you want a good horror game. Kalo serem, ya main aja di ruangan yang ramai menggunakan earphone, tetap serem kok.



Total Score : 8,6


Selengkapnya...

translate

English French German Spain Italian Dutch
Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
 Install this widget